#ChanSeeShuYuenTemple terletak di ujung selatan #JalanPetaling. Sebagai salah satu kuil tertua dan terbesar di Malaysia, tempat ini memiliki peran penting dalam sejarah Kuala Lumpur yang kita kenal hari ini.
Awalnya, kuil ini berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi para imigran #China sekaligus menjadi wadah perkumpulan bagi mereka yang bermarga #Chan (dalam bahasa #Kanton), #Chen (#Mandarin), #Tan (#Hokkien), dan variasi lainnya. Material bangunannya didatangkan langsung dari China, melambangkan hubungan leluhur yang telah terjalin selama berabad-abad. Di dalamnya, terdapat sebuah ruangan khusus yang didedikasikan bagi tokoh-tokoh yang berjasa dalam sejarah Malaysia.
Saat berkunjung, saya ternyata menjadi pengunjung terakhir hari itu. Penjaga kuil yang bertugas begitu ramah, dan ketika saya menceritakan pengalaman ini kepada seorang teman saat makan malam, ia berpendapat bahwa dari sikapnya, mungkin saja ia mengira saya seorang #Buddhist juga. Obrolan pun berlanjut ke topik menarik: bagaimana kita sering dianggap sebagai etnis atau kewarganegaraan tertentu di berbagai negara.
Di #Indonesia, saya sering dipanggil “cici” dan diasumsikan sebagai keturunan China. Saat tinggal di #Singapura, saya juga kerap dikira warga lokal karena alasan serupa. Ketika menjalani studi magister di Inggris, tebakan orang biasanya ada dua: #Jepang (karena stereotip sebagian besar orang non-#MajorityWorld terhadap #Asia masih sangat sempit) atau Kanada—kemungkinan besar karena mereka tak ingin keliru mengira saya orang Amerika.
Namun, di Malaysia tebakan yang paling sering saya dapatkan ada dua: Jepang atau berasal dari salah satu suku di #Borneo.
Sejujurnya, tebakan terakhir ini adalah yang paling mendekati kenyataan.
mariacelina #SerumpunDiaries:
Show more#ChanSeeShuYuenTemple terletak di ujung selatan #JalanPetaling. Sebagai salah satu kuil tertua dan terbesar di Malaysia, tempat ini memiliki peran penting dalam sejarah Kuala Lumpur yang kita kenal hari ini.
Awalnya, kuil ini berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi para imigran #China sekaligus menjadi wadah perkumpulan bagi mereka yang bermarga #Chan (dalam bahasa #Kanton), #Chen (#Mandarin), #Tan (#Hokkien), dan variasi lainnya. Material bangunannya didatangkan langsung dari China, melambangkan hubungan leluhur yang telah terjalin selama berabad-abad. Di dalamnya, terdapat sebuah ruangan khusus yang didedikasikan bagi tokoh-tokoh yang berjasa dalam sejarah Malaysia.
Saat berkunjung, saya ternyata menjadi pengunjung terakhir hari itu. Penjaga kuil yang bertugas begitu ramah, dan ketika saya menceritakan pengalaman ini kepada seorang teman saat makan malam, ia berpendapat bahwa dari sikapnya, mungkin saja ia mengira saya seorang #Buddhist juga. Obrolan pun berlanjut ke topik menarik: bagaimana kita sering dianggap sebagai etnis atau kewarganegaraan tertentu di berbagai negara.
Di #Indonesia, saya sering dipanggil “cici” dan diasumsikan sebagai keturunan China. Saat tinggal di #Singapura, saya juga kerap dikira warga lokal karena alasan serupa. Ketika menjalani studi magister di Inggris, tebakan orang biasanya ada dua: #Jepang (karena stereotip sebagian besar orang non-#MajorityWorld terhadap #Asia masih sangat sempit) atau Kanada—kemungkinan besar karena mereka tak ingin keliru mengira saya orang Amerika.
Namun, di Malaysia tebakan yang paling sering saya dapatkan ada dua: Jepang atau berasal dari salah satu suku di #Borneo.
Sejujurnya, tebakan terakhir ini adalah yang paling mendekati kenyataan.
#chinatown #kualalumpur #malaysia #bricstourism #buddhism #mahayanabuddhism #temples #architecture #lingnanarchitecture #altars #shotoniphone #apple #laterfed #vsco